Reportase vs Sastra
Reportase dan Sastra adalah dua kata yang sering disalahartikan karena kesamaan makna dan konotasinya. Sastra merupakan salah satu cabang ilmu yang berhubungan dengan berbagai kesenian berbasis kreativitas seperti puisi, penulisan novel, lakon, penulisan cerpen dan sejenisnya. Penulisan esai juga termasuk dalam literatur.
Menarik untuk dicatat bahwa beberapa surat yang ditulis oleh orang-orang penting, yang hidup di abad yang berbeda ditafsirkan sebagai surat kesusastraan. Dengan kata lain, surat-surat seperti Winston Churchill, Mahatma Gandhi, dan semuanya memang berasal dari literatur.
Reportase di sisi lain, mengacu pada tindakan atau proses pemberitaan. Ini terkait dengan sesuatu yang disebut berita yang diberitakan. Para ahli menyebut reportase sebagai jenis tulisan yang dimaksudkan untuk memberikan penjelasan tentang beberapa peristiwa yang diamati atau didokumentasikan.
Di sisi lain, sastra berkaitan dengan beberapa aspek tulisan termasuk non-fiksi dan fiksi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa reportase juga masuk dalam literatur. Dengan demikian, reportase menjadi bagian dari literatur.
Kata 'reportase' berasal dari kata kerja Prancis 'reporter' yang berarti 'melaporkan'. Kata khusus ini diyakini digunakan untuk pertama kalinya pada awal abad ke-19.
Sastra di sisi lain, diajarkan di tingkat universitas dan perguruan tinggi. Ini disukai sebagai mata pelajaran utama oleh siswa untuk program sarjana dan pascasarjana mereka. Reportase di sisi lain, merupakan bagian dari jurnalisme atau komunikasi massa. Seseorang yang seharusnya pandai memberitakan berita juga harus pandai berkomunikasi. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa reportase lebih berkaitan dengan komunikasi daripada pembelajaran sastra. Inilah perbedaan antara reportase dan sastra.