Kekuatan Keras vs Kekuatan Lunak
Perbedaan antara Hard Power dan Soft Power sesuai dengan namanya adalah berupa kekuatan yang digunakan suatu negara dalam berhubungan dengan negara lain. Istilah Hard Power dan Soft Power mewakili dua konsep penting di bidang Hubungan Internasional, lebih khusus lagi, dalam hubungan politik antar negara. Kita semua sangat mengenal istilah 'Kekuatan' dan mengidentifikasinya sebagai kemampuan untuk mempengaruhi atau mengontrol perilaku dan / atau tindakan orang lain. Hard Power dan Soft Power adalah dua jenis alat kebijakan luar negeri yang digunakan negara dalam hubungannya dengan negara lain. Mungkin ide dasar diperlukan pada saat ini. Hard Power secara harfiah berkonotasi dengan sesuatu yang keras atau kuat, sesuatu dengan kekuatan besar, seperti kekuatan militer atau ekonomi. Soft Power, sebaliknya, lebih lembut dan halus. Mari kita bahas secara lebih rinci sebelum membahas perbedaan antara kedua konsep tersebut; yaitu, Hard Power dan Soft Power.
Apa itu Hard Power?
Istilah Hard Power didefinisikan sebagai pendekatan koersif dalam hubungan politik internasional, yang melibatkan penggunaan kekuatan militer dan ekonomi untuk mempengaruhi atau mengontrol perilaku atau kepentingan negara atau kelompok politik lain. Dengan demikian, negara-negara dengan kemampuan militer dan ekonomi yang kuat pada umumnya akan menggunakan pengaruhnya terhadap negara-negara yang tidak terlalu kuat dalam kapasitas tersebut. Joseph Nye menggambarkan istilah ini sebagai "kemampuan untuk menggunakan wortel dan tongkat kekuatan ekonomi dan militer untuk membuat orang lain mengikuti keinginan Anda." 1Ini berarti bahwa negara-negara yang lebih kuat akan memberikan pengaruh pada negara-negara yang lebih lemah melalui pengurangan hambatan perdagangan, menawarkan keamanan militer atau penawaran menguntungkan lainnya (“wortel”). Demikian pula, mereka juga dapat mempengaruhi negara-negara tersebut melalui penggunaan ancaman seperti menjatuhkan sanksi ekonomi, pembatasan perdagangan, intervensi militer dan penggunaan kekuatan ("tongkat").
Tema yang menggema dari Hard Power adalah pemaksaan. Oleh karena itu, tujuan di balik negara-negara yang menerapkan Kekuatan Keras adalah untuk memaksa negara-negara lain melakukan kehendak mereka. Secara umum, suatu negara diakui sebagai kekuatan besar karena ukuran, kapasitas, dan kualitas sumber dayanya. Ini termasuk jumlah penduduk, sumber daya alam, wilayah, kekuatan militer, dan kekuatan ekonominya. Kekuatan Keras suatu negara tercermin pada kemampuannya untuk menggunakan sumber daya yang melimpah. Ada banyak contoh Hard Power dalam praktiknya. Invasi Afghanistan pada 1979 oleh Uni Soviet atau invasi ke Irak pada 2003 oleh Amerika Serikat dan pasukan sekutu adalah contoh klasik negara yang menerapkan Kekuatan Keras untuk mencapai hasil mereka. Selanjutnya, embargo perdagangan yang diberlakukan di negara-negara seperti Iran,Kuba dan Irak pada abad ke-20 oleh Amerika Serikat merupakan contoh negara yang menerapkan kekuatan ekonominya untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi, secara sederhana, Hard Power adalah alat kebijakan luar negeri yang digunakan oleh negara. Negara dapat menerapkan Hard Power melalui sarana militer seperti diplomasi koersif, intervensi militer, ancaman atau penggunaan kekuatan, atau melalui sarana ekonomi seperti sanksi ekonomi, pengurangan hambatan perdagangan, dan lain-lain.
Invasi Irak 2003
Apa itu Soft Power?
Soft Power adalah istilah yang dikenalkan oleh Joseph Nye. Seperti disebutkan sebelumnya, ini mewakili bentuk kekuatan yang lebih halus. Ini didefinisikan sebagai pendekatan persuasif terhadap hubungan politik internasional, yang melibatkan penggunaan pengaruh budaya, sejarah dan diplomatik suatu negara. Nye menjelaskannya sebagai bentuk kekuatan yang memiliki kemampuan untuk menarik dan mengooptasi daripada memaksa, menggunakan kekerasan, atau memberikan pembayaran sebagai alat persuasi. 2Tidak seperti Hard Power, Soft Power tidak didasarkan pada gagasan kekuatan atau paksaan. Secara sederhana, Soft Power adalah kemampuan suatu negara untuk secara tidak langsung meyakinkan orang lain untuk menginginkan tujuan dan visinya. Aktor negara dan non-negara seperti organisasi internasional menggunakan Soft Power untuk menyajikan preferensi mereka dan, pada gilirannya, mengubah preferensi orang lain agar sesuai dengan preferensi mereka. Lebih lanjut Nye menjelaskan bahwa Soft Power suatu negara didasarkan pada penggunaan tiga sumber daya, yaitu, “budayanya (di tempat-tempat yang menarik bagi orang lain), nilai-nilai politiknya (ketika ia hidup sesuai dengan mereka di dalam dan di luar negeri), dan kebijakan luar negerinya (di mana orang lain melihatnya sebagai sah dan memiliki otoritas moral). 3
Saat ini, ada survei yang menentukan dan memberi peringkat negara yang secara efektif menerapkan Soft Power. Misalnya, Survei Soft Power Monocle pada tahun 2014 mengakui Amerika Serikat sebagai negara yang paling efektif untuk menerapkan Soft Power dalam kebijakan luar negerinya. Jerman mengikuti di tempat kedua. Negara-negara seperti Inggris, Jepang, Kanada, Swiss, Australia, dan bahkan Perancis termasuk dalam sepuluh besar negara yang secara efektif menggunakan Soft Power sebagai alat kebijakan luar negeri dalam hubungan internasional.
AS adalah negara yang paling efektif menggunakan soft power
Apa perbedaan antara Hard Power dan Soft Power?
Perbedaan antara Hard Power dan Soft Power dengan demikian mudah dikenali. Meskipun keduanya mewakili konsep penting dalam hubungan internasional dan merupakan dua bentuk kekuasaan yang dijalankan oleh negara, keduanya berbeda dalam sifat dan fungsinya.
• Definisi dari Hard Power dan Soft Power:
• Hard Power merupakan pendekatan koersif untuk hubungan internasional dan menggunakan penggunaan kekuatan militer atau ekonomi untuk mencapai hasil tertentu. Tema yang mendasari Hard Power adalah paksaan dan negara menggunakan kekuatan tersebut untuk mempengaruhi negara yang lebih lemah agar mematuhi keinginan mereka.
• Soft Power, sebaliknya, mewakili pendekatan persuasif yang halus untuk hubungan internasional antar negara. Negara menggunakan Soft Power untuk "menarik dan mengkooptasi" negara lain untuk menginginkan apa yang mereka inginkan. Ia memiliki kemampuan untuk mempengaruhi preferensi dan kepentingan negara bagian lain. Pendekatan persuasif ini diterapkan melalui sarana budaya, sejarah dan / atau diplomatik.
• Konsep Hard Power dan Soft Power
• Dalam Hard Power temanya adalah pemaksaan; menggunakan kekerasan, atau memberikan pembayaran sebagai alat persuasi.
• Dalam Soft Power, itu menarik dan mengooptasi; meyakinkan secara tidak langsung.
• Contoh Hard Power dan Soft Power:
• Kekuatan Keras termasuk intervensi atau perlindungan militer, sanksi ekonomi, atau pengurangan hambatan perdagangan.
• Soft Power mencakup pengaruh budaya, sejarah, dan diplomatik.